CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

What time is it???

”free

Senin, 07 Januari 2013

LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;  “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”. Hal tersebut juga dikuatkan dalam sabda Rasulullah SAW.
كلكم راع وكلكم مسعول عن رعيته
"Artinya : Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban pada orang yang dipimpinnya.”
Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.
Dari uraian tersebut jelas bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin
 Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Leadership atau kepemimpinan adalah “proses pengaruh-mempengaruhi antar pribadi atau antar orang dalam situasi tertentu, melalui proses komunikasi terarah untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Hal ini ditegaskan oleh McFarland (1978) kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan. Di sini diperlukan kemampuan membina kerja sama dan membangun komunikasi, meningkatkan rasa aman dan kesejahteraan bawahan serta mampu menformulasikan dan mendifinisikan tujuan dan sasaran akhir organisasi.
Dengan demikian kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakan, mengarahkan, memberi perintah atau pengaruh, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara bekerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja sehingga tercapainya sebuah tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan guru, staf, peserta didik, atau orang tua peserta didik dan pihak terkait untuk bekerja atau berperan guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Meminjam term Thomp (1993:40) kepala sekolah merupakan orang yang sangat penting dalam sistem sekolah yang mana mengusahakan, memelihara aturan dan disiplin, menyediakan barang-barang yang diperlukan, melaksanakan dan meningkatkan program sekolah, serta memilih dan mengembangkan pegawai/personil.
            Pendekatan dalam kepemimpinan
            Dalam menghadapi perubahan lingkungan, organisasi membutuhkan pemimpin yang tanggap, kritis dan berani mengambil keputusan strategis untuk mencapai organisasi kompetitif. Seseorang pemimpin mempunyai strategi untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan agar secara sadar terlibat dalam kerjasama untuk mencapai tujuan. Perilaku kepemimpinan yang ditampilkan dalam manajerial secara konsisten disebut dengan gaya (style) kepemimipinan. Gaya kepemimpinan dimaksudkan sebagai cara berperilaku yang khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota kelompoknya. Dengan demikian, gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota kelompoknya. Dengan demikian, gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin berperilaku secara konsisten terhadap bawahan sebagai anggota kelompoknya.gaya kepemimpinan yang diterapkan bergantung pada tingkat kematangan atau kedewasaan (mature) bawahan dan tujuan yang ingin dicapai. Bawahan sebagai unsur penting yang terlibat dalam pencapaian tujuan mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan, kebutuhan dan kepribadian, sehingga pendekatan yang dilakukan pemimpin disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan.
            Secara umum terdapat tiga pendekatan atau gaya kepemimpinan yaitu;
(1) pendekatan kemampuan menurut sifat (Traits model), mengkaji tentang perangai dan kemampuan yang menandai karakteristik pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
(2) pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori perilaku (behavioral model), memusatkan perhatian terhadap tindakan yang dilakukan pemimpin didalam melaksanakan pekerjaan menejerial.
(3) Kepemimpinan menurut teori kontingensi (Contingency model). Mengkaji kesesuaian antara perilaku pemimpin dengan karakteristik situasional terutama tingkat kematangan bawahan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kondisi yang menentukan efektivitas pemimpin bervariasi menurut situasi, kematangan atau kedewasaan bawahan.
            Pendekatan Situasional (Contingency) dalam kepemimpinan
            Pendekatan situasional berpendapat bahwa keefektifan kepemimpinan tergantung pada kesesuaian antara pribadi, tugas, kekuasaan, sikap, dna  persepsi. Pada dasarnyua teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau organisasi tergantung pada interaksi antara kepribadian pemimipin dan situasi.Fieler mengidentifikasi tiga aspek dalam situasi pekerjaan yang membantu menentukan gaya kepemimpinan yang efektif sebagai berikut: pertama, variable
hubungan antara pemimpin dan anggota. Jika pemimpin diterima dengan baik oleh anggota kelompok dan anggota kelompok menghargai pemimpin, maka pemimpin tidak perlu berstandar pada wewenang formalnya. Akan tetapii jika trjadi sebaliknya, maka pimpinan harus menyandarkan diri pada perintah untuk menyelesaikan tugasnya. Kedua,  variable struktur tugas dalam situasi kerja. Tugas yang berstruktur adalah tugas yang prosedur atau intruksi langkah demi langkah untuk untuk penyelesaian tugas terdebut telah tersedia, agar anggota mengerti tugas yang akan dikerjakan. Semakin jelas dan terperinci tugas yang akan dilaksanakan, maka semakin besar dukungan anggota. Pemimpin dalam situasi seperti ini mempunyai wewenang yang besar. Ketiga, variable kekuasaan sebagai wewenang atau posisi pemimpin. Posisi sebagai pemimpin puncak atau pemimpin tingkat menengah memudahkan tugas pemimpin dalam mempengaruhi bawahan.
            Bawahan akan bekerja lebih giat jika pemimpin menerapkan gaya yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan kemauan bawahan. Aspek penting dalam teori ini adalah adanya kesesuaian perilaku pemimpin terhadap bawahannya. Pendekatan kontingensi menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan tergantung pada factor-faktor situasi, bawahan, tugas, organisasi, dan variable-variabel lingkungan lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar